Selasa, 28 Mei 2013
Rekayasa Lalu Lintas Baru Kota Wisata Batu
Tidak ada komentar:
Diposting oleh
Novi Adi T
di
15.56
Label:
alun-alun batu,
batu,
bns,
info,
jatimpark,
Kota Wisata Batu,
lalu lintas,
rekayasa,
sejuk,
wisata
Bagi agan-agan yang mau berkunjung ke Kota Wisata Batu biar nggak bingung dengan rekayasa lalu lintas baru maka bisa lihat gambar di bawah ini. Menurut kabar rekayasa akan diujicobakan selama sebulan. Kalau tetep macet ya dikembaliin ke awal. Menurut ane yang tinggal di Batu sih kyknya sedikit mengurangi kemacetan. Malah yang bikin macet sekarang orang yang parkir dipinggir jalan kayak di pasar, dll. Kalau ditertibin mungkin bisa optimal..:D
Read More
Rabu, 01 Mei 2013
Teknik Dasar Menumpan bola atas (Chipping)
Chop/Chipping sering dilakukan dalam permainan futsal untuk mengumpan bola melewati atas kepala lawan dan memberikan bola ke kawan yang ada dibelakang lawan dalam situasi pertahanan lawan yang ketat. Teknik ini hampir sama dengan teknik passing,perbedaannya terletak pada saat chipping menggunakan bagian atas ujung dan mencongkelnya tepat di bawah bola.
Read More
Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribbling)
Teknik dribbling merupakan ketrampilan penting dan mutlak yang harus dikuasai oleh setipa pemain dan kiper. Dribbling merupakan kemampuan dimana setiap pemain dalam menguasai bola sebelum diberikan kepada temannya untuk menciptakan peluang dalam mencetak gol. Yang perlu diketahu dalam teknik dribbling yaitu;
- Kuasai bola serta menjaga jarak dengan lawan.
- Jaga keseimbangan badan pada saat dribbling.
- Sentuhan bola harus menggunakan telapak kaki secara berkesinambungan.
- Fokuskan pandangan setiap kali sentuhan dengan bola.
Teknik Dasar Menahan Bola (Control)
Dalam ketrampilan control/menahan bola dalam futsal harus menggunakan telapak kaki (sole). Karena dengan permukaan lapangan yang rata maka bola akan bergulir cepat,sehingga pemain harus dapat mengontrol dengan baik,apabila menahan bola jauh dari kaki maka lawan akan mudah merebut bola. Yang harus dilakukan pada saat menahan bola yaitu:
- Selalu lihat datangnya bola
- Jaga keseimbangan pada saat datangnya bola
- Sentuh atau tahan bola dengan menggunakan telapak kaki (sole) agar bolanya diam tidak bergerak dan mudah dikuasai.
Teknik Dasar Mengumpan (Passing)
Passing merupakan salah satu teknik dasar permainan futsal yang sangat dibutuhkan dan harus dikuasai oleh setiap pemain futsal,karena dengan lapangan yang rata dan ukuran lapangan yang kecil dibutuhkan passing yang cepat,keras dan akurat,karena bola yang mengalir sejajar dengan tumit pemain,sebab hampir sepanjang permainan futsal menggunakan passing. Untuk menguasai skill passing diperlukan penguasaan gerakan sehingga sasaran yang diinginkan tercapai. berikut ini adalah cara melakukan passing yang benar :
- Tempatkan kaki tumpu disamping bola dan kaki yang akan menendang bola sedikit mundur di belakang bola.
- Gunakan kaki bagian dalam untuk melakukan tendangan/passing.
- Kunci atau kuatkan tumit agar saat sentuhan dengan bola lebih kuat.
- Kaki dalam dari atas di arahkan ke tengah bola dan di tekan kebawah agar bola tidak melambung.
- Diteruskan dengan gerakan lanjutan,dimana setelah sentuhan dengan bola dalam melakukan passing ayunan passing ayunan kaki jangan dihentikan.
Download Free httrack-3.47.7
Tidak ada komentar:
Diposting oleh
Novi Adi T
di
19.12
Label:
Download,
free,
gratis,
Httrack,
offline,
software,
terbaru,
website
Sekedar share, Httrack merupakan sebuah software untuk menyimpan halaman website kita secara penuh, dalam artian tidak hanya satu halaman itu saja. Dengan begitu ketika offline, kita dapat melihat, mengklik menu yang ada di halaman web yang kita download menggunakan Httrack tadi. Link download untuk httrack-3.47.7. Silahkan download di sini atau http://adf.ly/ODqav
Jangan lupa beri komentar ya buat perkembangan blog saya..:D
Konsep Belajar Kognitivisme
Salah satu aliran yang
mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah
aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap
penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan
pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus dan respons, aliran kognitif memandang
kegiatan belajar bukanlah sekadar stimulus dan respons yang bersifat
mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan
mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Karena itu, menurut
aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai,
mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada
manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti
motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya.
Kendati pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan
pendekatan behavioristik, namun ia tidak selalu menafikan pandangan-pandangan
kaum behavioristik. Reinforcement, misalnya,
yang menjadi prinsip belajar behavioristik, juga terdapat dalam pandangan
kognitif tentang belajar. Namun bedanya, behavioristik memandang reinforcemen
sebagai elemen yang penting untuk menjaga atau menguatkan perilaku, sedangkan
menurut pandangan kognitif reinforcemen sebagai sebuah sumber feedback apakah kemungkinan yang terjadi
jika sebuah perilaku diulang lagi. Bab ini akan memaparkan beberapa konsep
belajar menurut aliran kognitiviesme.
A. Teori Gestalt
Psikologi
kognitif muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt, dengan tokoh-tokohnya
sepeti Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka. Para tokoh gestalt
tersebut belum merasa puas dengan penemuan-penemuan para ahli sebelumnya yang
menyatakan belajar sebagai proses stimulus dan respons serta manusia bersifat
mekanistik. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para tokoh gestalt lebih
menekankan pada persepsi. Menurut mereka, manusia bukanlah sekadar makhluk yang
hanya bisa bereaksi jika ada stimulus yang memengaruhinya. Tetapi lebih dari
itu, manusia adalah makhluk individu yang utuh antara rohani dan jasmaninya.
Dengan demikian, pada saat manusia bereaksi dengan lingkungannya, manusia tidak
sekadar merespons, tetapi juga melibatkan unsur subjektivitasnya yang antara
masing-masing individu bisa berlainan.
Berbeda dengan teori-teori yang
dikemukakan oleh para tokoh behaviorisme, terutama Thorndike, yang menganggap
bahwa belajar sebagai proses trial dan
error, teori gestalt ini memandang belajar adalah proses yang didasarkan
pada pemahaman (insight). Karena pada
dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut
terjadi. Pada situasi belajar, keterlibatan seseorang secara langsung dalam
situasi belajar tersebut akan menghasilkan pemahaman yang dapat membantu
individu tersebut memecahkan masalah. Dengan kata lain, teori gestalt ini
menyatakan bahwa yang paling penting dalam proses belajar individu adalah
dimengertinya apa yang dipelajari oleh individu tersebut. Oleh karena itu,
teori belajar gestalt ini disebut teori insight.
Wolfgang Kohler menjelaskan teori gestalt
ini melalui percobaan dengan seekor simpanse yang diberi nama Sultan. Dalam
eksperimennya, Kohler ingin mengetahui bagaimana fungsi insight dapat membantu
memecahkan masalah, dan membuktikan bahwa perilaku simpanse dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya tidak hanya didasarkan stimulus dan respons atau trial and error saja, tapi juga karena
ada pemahaman terhadap masalah dan bagaimana memecahkan masalah tersebut.
Berikut eksperimen yang dilakukan oleh Kohler terhadap simpanse (Fudyartanto,
2002).
Eksperimen
I
Simpanse dimasukkan dalam sangkar atau
ruangan dan di dalam sangkar tersebut terdapat sebatang tongkat. Di luar
sangkar diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh simpanse adalah
bagaimana simpanse dapat mengambil pisang tadi untuk dimakan. Pada awal
dimasukkan sangkar, simpanse berusaha untuk mengambil pisang tersebut, tetapi
selalu gagal karena tangannya tidak sampai untuk mengambil pisang tersebut.
Kemudian simpanse melihat sebatang tongkat dan timbullah pengertian untuk
meraih pisang dengan menggunakan tongkat tersebut.
Eksperimen
II
Problem yang dihadapi oleh simpanse masih
sama dengan eksperimen I, yaitu pisang masih ada di luar sangkar. Akan tetapi,
pisang tersebut dapat diraih jika tongkatnya dapat disambung. Jadi, ada dua
batang tongkat di dalam sangkar yang dapat disambung. Kemudian simpanse
diletakkan dalam sangkar tersebut. Semula simpanse berusaha meraih pisang
dengan satu tongkat, tetapi gagal. Tiba-tiba muncul insight dalam diri simpanse
dan menyambung kedua tongkat dalam sangkar untuk meraih pisang di luar sangkar,
dan ternyata berhasil.
Eksperimen
III
Problem yang dihadapi oleh simpanse
diubah, yakni pisang diletakkan di gantung di atas sangkar sehingga simpanse
tidak dapat meraih pisang tersebut. Di sudut sangkar diletakkan sebuah kotak
yang kuat untuk dinaiki oleh simpanse. Pada awalnya simpanse berusaha meraih
pisang yang digantung di atas sangkar, tetapi ia selalu gagal. Kemudian
simpanse memerhatikan sekeliling sangkar dan ia melihat sebuah kotak yang kuat,
maka timbullah pemahaman (insight) dalam diri simpanse, yakni menghubungkan
kotak tersebut dengan pisang. Lalu kotak tersebut diambil dan ditaruh tepat di
bawah pisang. Selanjutnya, simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih
pisang tersebut.
Eksperimen
IV
Sama dengan eksperimen tiga, pisang
ditaruh di atas sangkar dan ada kotak, hanya saja pada eksperimen ini ada dua
kotak yang dapat disambung untuk dinaiki dan digunakan untuk meraih pisang di
atas sangkar. Pada awalnya simpanse menggunakan kotak satu untuk meraih pisang
di atas sangkar, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam
sangkar dan ia menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang
satunya lagi. Dengan pemahaman tersebut, simpanse menyusun kotak-kotak itu dan
ia berdiri di atas susunan kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di atas
sangkar dengan tangannya.
Dari eksperimen-eksperimen tersebut,
Kohler menjelaskan bahwa simpanse yang dipakai untuk percobaan harus dapat
membentuk persepsi tentang situasi total dna saling menghubungkan antara semua
hal yang relevan dengan problem yang dihadapinya sebelum muncul insight. Dari percobaan-percobaan
tersebut menunjukkan simpanse dapat memecahkan problemnya dengan insightnya, dan ia akan mentransfer insight tersebut untuk memecahkan
problem lain yang dihadapinya.
Gambar 4.1
Eksperimen
simpanse oleh Kohler
Eksperimen-eksperimen
yang dilakukan oleh Kohler juga menunjukkan pentingnya pembentukan insight dalam proses belajar.
Pembentukan insight dalam diri individu belajar terjadi karena ada persepsi
terhadap lingkungan atau medan dan menstrukturnya sehingga membentuk menjadi
suatu susunan yang bermakna, yaitu terbentuknya insght.
Proses belajar yang menggunakan insight (insgihtfull learning) mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 1990):
1.
Insigh
tergantung
pada kemampuan dasar. Kemampuan dasar yang dimiliki individu masing-masing
berbeda-beda satu dengan yang lain. Biasanya perbedaan tersebut terletak pada
usia, biasanya usia yang muda lebih sukar belajar dengan insight.
2.
Insight
tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relevan. Latar belakang turut
membantu terbentuknya insight, tetapi tidak menjamin terbentuknya insight.
3.
Insight
tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi. Belajar insight hanya mungkin terjadi jika
situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga semua aspek yang dibutuhkan
dapat diobservasi.
4.
Insight
didahului
dengan periode mencari dan mencoba-coba. Individu sebelum memecahkan masalah
mungkin melakukan respons-pespons yang kurang relevan terhadap penyelesaian
problemnya.
5.
Solusi problem dengan menggunakan
insight dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlaku secara langsung.
6.
Jika insight
telah terbentuk, maka problem pada situasi yang lain akan dapat dipecahkan. Insight mempunyai kemampuan untuk dapat
ditransfer dari satu masalah satu ke masalah lain, walaupun situasi-situasi
yang menimbulkan insight berbeda dengan situasi-situasi dan materi hal yang
baru, namun realisasi-realisasi dan generalisasinya sama.
Selain
teori insight, teori gestalt juga
menekankan pentingnya organisasi pengamatan terhadap stimuli di dalam
lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan. Melalui
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para tokoh gestalt, disusunlah
hukum-hukum gestalt yang berhubungan dengan pengamatan (Fudyartanto, 2002)
sebagai berikut:
1. Hukum Pragnanz
Hukum
Pragnanz merupakan hukum umum dalam psikologi gestalt. Hukum ini menyatakan
bahwa organisasi psikologis selalu cenderung untuk bergerak ke arah penuh arti
(pragnaz). Menurut hukum ini, jika
seseorang mengamati sebuah atau sekelompok objek, maka orang tersebut cenderung
memberi arti terhadap objek yang diamatinya, dengan memberikan kesan sedemikian
rupa terhadap objek tersebut. Kesan yang memberikan arti terhadap objek mungkin
didasarkan pada warna, bentuk, ukuran dan sebagainya.
2. Hukum kesamaan (the law of
similarity)
Hukum
ini menyatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk Gesalt atau
kesatuan, semisal gambar di bawah.
Melihat
gambar di atas, orang akan cenderung melihat ke arah kanan karena ada persamaan
objeknya dan orang mengamati deretan mendatar sebagai kesatuan (gestalt). Deretan –deretan gambar ke
kanan membentuk organisasi psikologis yang cenderung bergerak pada keadaan
penuh arti, yaitu deretan-deretan gambar lingkaran, gambar segi tiga, dan
persegi empat, lebih berarti daripada deretan lingkaran ke bawah.
1. Hukum keterdekatan (the law
proximity)
Hukum
yang menyatakan bahwa hal-hal yang saling berdekatan cenderung membentuk
kesatuan. Contoh, gambar di bawah ini, a-b, c-d, e-f, g-h, akan diamati sebagai
kesatuan (gestalt).
1. Hukum ketertutupan (the law of
closure)
Prinsip
hukum ketertutupan ini menyatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung
membentuk gestalt, seperti gambar
berikut.
Bila
melihat bentuk gambar di atas, pada umumnya orang cenderung mengamati b dan c
sebagai satu kesatuan, begitu juga dengan e dan f yang terpisah dari a, d, dan
g.
1. Hukum kontinuitas
Hukum
ini menyatakan bahwa hal-hal yang kontinu atau yang merupakan kesibambungan
(kontinuitas) yang baik akan mempunyai tendensi untuk membentuk kesatuan atau
gestalt. Jika gambar di bawah ini diamati, maka A-B atau C-D akan cenderung
membentuk gestalt yang berkelanjutan.
A. MODEL MENGELOLA INFORMASI (INFORMATION PROCESSING THEORY)
Dalam
aliran kognitif terdapat sejumlah teori memori yang pada umumnya menjelaskan
tentang bagaimana mengelola informasi. Model-model mengelola informasi (information processing theory)
menjelaskan juga tentang berbagai macam ilmu pengetahuan dan perbedaannya.
1. Pentingnya pengetahuan dalam
belajar
Salah
satu hal yang perlu dipahami oleh seorang guru berkaitan dengan proses belajar
siswanya adalah kompetensi kognitif, kapasitas siswa untuk berpikir akbstrak,
dan strategi mnemonik mereka. Dalam hal ini akan dibahas keterkaitan antara
psikologi kognitif dan bagaimana manusia membangun pengetahuan dalam dirinya.
Pengetahuan adalah hasil belajar. Pada saat seseorang
belajar tentang matematika, sejarah bangsa, sosial, atau aturan-aturan bermain
bulu tangkis, seseorang mengetahui sesuatu yang baru. Pengetahuan bukanlah
hasil akhir, melainkan lebih dari itu, pengetahuan adalah pembimbing atau
pengarah bagi belajar sesuatu yang baru. Pendekatan kognitif menyatakan bahwa
salah satu elemen penting dalam proses belajar adalah apa sajakah yang dibawa
oleh individu dalam situasi-situasi belajar.
Sebuah penelitian tentang pentingnya pengetahuan dalam
memahami dan mengingat suatu informasi yang baru telah dilakukan oleh Retch dan
Leslie (Woolfolk, 1995). Keduanya meneliti siswa-siswa sekolah menengah pertama
yang sangat bagus membacanya dan sangat kurang membacanya. Mereka menguji
pengetahuan siswa tentang olahraga baseball dan menemukan bahwa pengetahuan
baseball tidak ada kaitannya dengan kemampuan membaca. Karena itu, kedua
peneliti tersebut membagi siswa dalam empat kelompok, yaitu 1) kelompok yang
mampu membaca dengan bagus sekaligus memiliki pengetahuan tentang baseball. 2)
kelompok yang mampu membaca dengan baik tapi kurang pengetahuannya tentang
baseball, 3) kelompok yang kurang mampu membaca dengan baik tapi memiliki
pengetahuan tentang baseball yang luas, dan 4) siswa yang memiliki kemampuan
membaca yang kurang dan pengetahuan tentang baseball yang juga kurang.
Hasilnya, kekuatan dari pengetahuan siswa yang memiliki
kemampuan membaca kurang dan telah memiliki pengetahuan baseball yang luas
ternyata lebih baik daya ingatnya tentang baseball daripada siswa yang memiliki
kemampuan membaca baik tetapi pengetahuan tentang baseball kurang. Dan dari
penelitian itu pula diketahui bahwa siswa yang memiliki kemampuan membaca
kurang dan telah memilki pengetahuan baseball yang luas sama baiknya dengan
siswa yang mampu membaca dengan baik serta memiliki pengetahuan baseball yang
baik pula. Sedangkan siswa yang kurang mampu membaca dengan baik dan kurang
memiliki pengetahuan baseball, mereka kurang dapat mengingat apa yang mereka
baca. Dari penelitian ini, kedua peneliti tersebut menyimpulkan bahwa dasar
pengetahuan yang baik lebih penting daripada strategi belajar yang baik dalam
memahami dan mengingat.
2. Macam-macam pengetahuan
Pengetahuan
yang dimiliki oleh individu dapat dibedakan menjadi pengetahuan umum dan pengetahuan
khusus. Pengetahuan umum (general
knowledge) adalah informasi yang sangat berguna untuk memecahkan atau
digunakan melaksanakan berbagai macam tugas yang berbeda. Pengetahuan umum ini
dapat diterapkan pada berbagai macam situasi. Misalnya, mengetahui bagaimana
membaca, mengeja, atau memproses sebuah kata atau kalimat itu sangat berguna
baik dalam situasi belajar di sekolah maupun di luar sekolah. Sementara
pengetahuan khusus (domain specific
knowledge) adalah informasi yang dapat digunakan hanya dalam situasi
tertentu atau yang hanya dapat diterapkan dalam satu topik khusus. Contohnya,
pada saat siswa belajar membaca, maka terlebih dahulu ia belajar mengeja huruf.
Mengeja huruf merupakan pengetahuan khusus, tetapi pengetahuan ini akan
bertambah bila digabungkan dengan pengetahuan khusus lain sampai akhirnya
seorang siswa dapat membaca dengan baik dan akhirnya menjadi pengetahuan umum.
Selain
dibedakan sebagai pengetahuan umum dan khusus, pengetahuan juga dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu 1) pengetahuan deklaratif, 2) pengetahuan
prosedural, dan 3) pengetahuan kondisional. Pengetahuan deklaratif adalah “mengetahui tentang” (knowing that)
suatu kasus atau masalah. Biasanya pengetahuan ini berupa fakta-fakta,
opini-opini, kepercayaan, aturan-aturan, puisi, lirik lagu, teori-teori dan
lain sebagainya. Gagne menyebut pengetahuan deklaratif sebagai informasi verbal
(verbal information).
Pengetahuan
prosedural (procedural knowledge)
adalah “mengetahui bagaimana” (knowing
how) untuk melakukan sesuatu atau memecahkan sebuah kasus. Seorang siswa
yang dapat menyebutkan aturan cara membagi pecahan menunjukkan ia memiliki
pengetahuan deklaratif, tetapi ketika ia dapat membagi pecahan dengan benar
menunjukkan pengetahuan prosedural. Pengetahuan prosedural harus ditunjukkan
dengan tingkah laku atau tindakan. Pengetahuan prosedural disebutkan dengan
keterampilan intelektual (skill
intellectual).
Pengetahuan
kondisional (conditional knowledge)
adalah “mengetahui kapan dan mengapa” (knowing
when and why) untuk menggunakan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
kognitif (cognitive strategies).
Misalkan seorang siswa diberi soal matematika yang bermacam-macam. Pada saat
siswa menyebutkan rumus dan menggunakannya untuk memecahkan soal matematika dan
mengaplikasikan rumus yang lain untuk memecahkan persoalan yang berbeda, maka
hal itu menunjukkan ia menggunakan pengetahuan kondisional.
Antara pengetahuan deklaratif, prosedural, dan
kondisional dapat juga dibedakan menjadi pengetahuan umum dan pengetahuan
khusus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel
4.1
Macam-macam Pengetahuan
Kategori
Pengetahuan
|
Pengetahuan
Umum
|
Pengetahuan
Khusus
|
Deklaratif
|
Teori
belajar behavioristik
Aturan-aturan
tata bahasa
|
Penerapan
reinforcement
Membuat
kalimat yang benar
|
Prosedural
|
Bagaimana
cara membangun rumah
Bagaimana
cara mengendarai mobil
|
Bagaimana
cara membuat kerangka rumah yang bagus
Bagaimana
cara menghidupkan mesin mobil
|
Kondisional
|
Menggunakan
suatu pendekatan untuk menyelesaikan masalah
|
Menggunakan
rumus untuk menghitung volume
|
3. Memproses Informasi (information processing model): Tiga
Penyimpan memori
Information processing model memandang
memori manusia itu seperti sebuah komputer yang mengambil atau mendapatkan informasi,
mengelolanya, mengubahnya baik bentuk dan isi, kemudian menyimpannya, dan
menghadirkan kembali pada saat dibutuhkan. Jadi, kegiatan memproses informasi
itu meliputi mengumpulkan dan menghadirkan informasi (encoding), menyimpan informasi (storage),
mendapatkan informasi, dan menggali informasi kembali pada saat dibutuhkan (retrieval). Seluruh sistem pemrosesan
informasi tersebut dibimbing oleh sebuah proses-proses pengendali (control processes), yang menentukan
bagaimana dan kapan informasi akan melalui sistem. Information processing adalah sebuah pendekatan dalam belajar yang
mengutamakan berfungsinya memory. Bagan berikut berisikan sebuah skema mengenai
model memproses informasi (information
processing model) yang diadaptasi dari Woolfolk (1995).
Bagan
4.1
Model Information
Processing Theory
Sensory
memory atau sensory
register merupakan komponen pertama dalam sistem memori. Sensory memory menerima informasi atau
stimuli dari lingkungan (seperti sinar, suara, bau, dan lain sebagainya)
terus-menerus melalui alat-alat penerima (receptors)
kita. Receptors adalah sebuah mekanisme tubuh untuk melihat, mendengar,
merasakan (tasting), membau, rabaan, dan perasaan (feeling). Biasanya orang
menyebut receptors sebagai alat-alat indera. Informasi yang diterima tersebut
untuk beberapa saat disimpan dalam sensory
memory kurang lebih dua detik.
Keberadaan sensory
memory memiliki dua implikasi dalam proses belajar. Pertama, orang harus memberikan perhatian pada informasi yang ingin
diingatnya. Kedua, waktu mendapatkan
atau mengambil informasi harus dalam keadaan sadar. Contoh, seorang siswa
diberi informasi yang sangat banyak pada suatu waktu, tanpa diberi tahu
informasi mana yang penting untuk diperhatikan, maka kemungkinan akan kesulitan
untuk mengingat dan mempelajari semua informasi.
Perception
Segera setelah stimuli diterima oleh sensory memory atau sensory
register, otak kita mulai bekerja untuk memberi makna terhadap informasi
atau rangsangan. Proses ini disebut dengan mempersepsi. Persepsi manusia
terhadap informasi yang diterimanya berdasarkan realita objek yang mereka
tangkap dan pengetauan yang telah dimiliki sebelumnya. Misalkan, bila ada
tulisan seperti berikut:
1
Kemudian seseorang
ditanya huruf apakah itu, maka orang tersebut mengatakan huruf B, dan jika
seseorang ditanya nomor berapaka itu, maka ia menjawab nomer 13. Bentuk tulisan
13 dapat dipersepsikan secara berbeda tergantung pada keinginan dan apakah
seseorang mengenal tulisan itu sebagai nomor atau huruf. Bagi orang yang belum
pernah mengenal tulisan tersebut sama sekali akan kesulitan memberi makna
terhadap tulisan tersebut apakah sebuah nomor atau huruf, mungkin juga tulisan
tersebut tidak mempunyai makna.
Persepsi terhadap stimuli bisa saja tidak seasli atau
semurni stimuli sebenarnya. Hal ini terjadi karena pada saat seseorang
memersepi sebuah stimuli ia dipengaruhi oleh kondisi mental,
pengalaman-pengalaman sebelumnya, motivasi-motivasi, pengetahuan, dan berbagai
macam faktor lainnya. Pertama, kita
cenderung membedakan stimuli sesuai dengan aturan-aturan yang berbeda dengan
karakteristik yang ada dalam stimuli tersebut. Kedua, manusia tidak merekam stimuli yang ia terima seperti ia
melihat atau merasakannya, tetapi seperti apa yang mereka ketahui atau
asumsikan (Slavin, 1994).
Menurut Anderson (Woolfolk, 1995), pada saat melalui
tahap persepsi, perhatian (attention)
mempunyai peran yang penting terhadap stimuli yang ditangkap oleh sensory memory. Tidak semua stimuli dari
lingkungan (berbagai macam warna, suara, gerakan, bau, temperatur, dan
sebagainya) dapat diterima manusia. Manusia hanya memberikan perhatian pada
beberapa stimuli dan tidak menghiraukan stimuli yang lain. Karena itu, dari
semua stimuli yang ada, manusia memilih stimuli mana yang akan diproses lebih
lanjut. Akan tetapi, perhatian (attention)
manusia sangat terbatas dan manusia hanya dapat memberikan perhatian pada
stimuli yang dibutuhkannya pada saat yang sama. Misalnya, pada saat seseorang
belajar mengemudikan mobil, maka perhatiannya hanya tertuju pada bagaimana ia
dapat mengemudikan mobil dengan benar, dan pada saat yang sama dia tidak dapat
mendengarkan musik di radio. Namun setelah orang tersebut terbiasa dengan
mengemudikan mobil, dia akan dapat mendengarkan musik sambil mengemudikan
mobilnya. Setelah orang tersebut bertambah mahir dalam mengemudikan mobil, ia
juga bisa berbicara dan menerima telepon pada saat mengendarai mobilnya. Ini
terjadi karena beberapa proses yang membutuhkan perhatian dan konsentrasi
menjadi otomatis karena latihan. Tingkat keotomatisan ini tergantung seberapa
lama dan banyak manusia berlatih.
Dalam proses belajar, memberikan perhatian merupakan langkah
pertama yang harus dilakukan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
memfokuskan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan, antara lain:
1.
Menggunakan tanda-tanda yang menunjukkan
sesuatu yang penting, seperti seorang guru yang merendahkan atau meninggikan
volume suara untuk menunjukkan sebuah informasi yang penting. Guru yang lain
mungkin menggunakan gerakan tubuh, pengulangan, gambar-gambar, buku-buku teks
yang berwarna, dan lain sebagainya.
2.
Menggunakan kata-kata yang mengandung
unsur emosional.
3.
Perhatian juga dapat diperoleh dengan
menghadirkan sesuatu yang tidak biasa, kejutan dan lain sebagainya, seperti
seorang guru ilmu pengetahuan menunjukkan trik-trik magis untuk menjelaskan
suatu materi sehingga siswa menjadi tertarik untuk mempelajari materi yang akan
diajarkan.
4.
Perhatian juga dapat diperoleh dengan
menginformasikan kepada siswa, bahwa apa yang akan dipelajari adalah sesuatu
yang sangat penting. Misalkan guru mengatakan “Apa yang akan kita pelajari hari
ini akan keluar pada waktu tes minggu depan”.
Short
trem memory
Mengutip
pendapat Glanzer (1982), Slavin (1994) menyatakan, bahwa informasi yang
diterima oleh seseorang dan mendapatkan perhatian kemudian dikirim ke dalam
komponen yang kedua dari sistem memori,
yaitu short term memory. Short
term memory adalah sebuah sistem penyimpanan yang dapat menyimpan sejumlah
informasi yang terbatas untuk beberapa detik. Short term memory adalah bagian dari memori di mana informasi yang
ada menjadi pikiran-pikiran yang disimpan. Pikiran-pikiran adalah kesadaran
yang kita berikan terhadap beberapa momen dan disimpan dalam short term
memory. Jika kita berhenti berpikir tentang sesuatu, maka pikiran
tentang sesuatu akan dikeluarkan dari short
term memory.
Informasi yang masuk ke dalam short term memory mungkin berasal dari sensory memory atau dari komponen dasar ketiga sistem memori, yaitu
long term memory. Keduanya sering
kali terjadi secara bersamaan. Misalkan, seseorang melihat seekor Kakaktua yang
diterima oleh sensory memory dan
mengirimnya ke short term memory, dan
pada saat yang sama ia secara tidak sadar mencari memori yang disimpan dalam long term memory tentang burung-burung,
sehingga ia dapat mengetahui bahwa apa yang dilihat itu adalah burung Kakaktua
(Slavin, 1994).
Salah satu cara
yang dapat digunakan untuk tetap menjaga ingatan terhadap suatu informasi dalam
short term memory adalah dengan
berpikir tentang informasi tersebut atau mengatakannya berulang kali. Proses
menjaga sebuah item dalam short term
memory dengan mengulang disebut dengan latihan (rehearsal). Latihan sangat penting dalam proses belajar, karena
lebih lama sebuah item berada dalam short
item memory lebih besar kemungkinannya untuk ditransfer ke dalam long term memory. Tanpa latihan
kemungkinan informasi-informasi tersebut akan cepat hilang dari short term memory tidak lebih dari tiga
detik, karena short term memory mempunyai
kapasitas yang terbatas. Informasi dapat juga hilang oleh informasi lain yang
baru dan lebih kuat.
Oleh karena itu, dalam proses belajar di kelas seorang
guru harus mengalokasikan waktu belajar untuk siswa berlatih atau mengulang
informasi yang telah diterima. Sebaiknya guru juga tidak terlalu banyak
memberikan materi pelajaran pada saat yang sama, karena akan menyebabkan
belajar menjadi tidak efektif. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
juga merupakan salah satu cara untuk menjaga informasi tetap berada pada short term memory, karena siswa
mempunyai kesempatan untuk berpikir lagi dan berlatih secara mental tentang apa
saja informasi yang mereka terima. Hal ini akan membantu siswa memproses
informasi dalam short term memory dan
mungkin akan menyimpan lebih lama dalam long
term memory. Aktivitas mental ini dapat membantu siswa belajar informasi
yang baru dan materi-materi yang sulit.
Short term memory
mempunyai kapasitas yang sangat terbatas, kira-kira 5 sampai 9 bits informasi
yang dapat disimpan pada saat yang sama. Oleh karena itu, kita hanya dapat
membedakan 5 sampai 9 informasi. Contohnya, seseorang akan kesulitan mengingat
nomor telepon baru yang diperolehnya, dan jika dia ingin tetap ingat nomor
telepon tersebut, ia harus sering mengucapkannya atau mengulang-ulang nomor
telepon tersebut.
Short term memory
sebagai komponen kedua dalam sistem memori manusia bersifat individual.
Artinya, short term memory yang
dimiliki oleh manusia mempunyai perbedaan-perbedaan antara satu orang dengan orang
lainnya ketika mereka menghadapi tugas belajar. Perbedaan-perbedaan tersebut
dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Lebih
banyak pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tentang sesuatu, akan lebih
mudah dan lebih baik orang tersebut mengorganisasi dan menangkap sebuah
informasi, seperti studi yang dilakukan oleh Recht dan Leslie (Woolfolk, 1995).
Namun, pengetahuan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi perbedaan
kapasitas sistem memori seseorang untuk mengorganisasi informasi.
Strategi-strategi belajar yang baik yang diajarkan dengan penuh kesadaran juga
dapat membuat kapasitas short term memory
lebih efisien lagi.
Long
term memory
Long term memory
adalah bagian dari sistem memori manusia yang menyimpan informasi untuk sebuah
periode yang cukup lama. Long term memory
diperkirakan memiliki kapasitas yang sangat besar dan sangat lama untuk
menyimpan informasi. Banyak para ahli yang percaya bahwa manusia mungkin tidak
pernah melupakan informasi dalam long
term memory, akan tetapi manusia hanya tidak mampu untuk menemukan kembali
informasi dalam memori mereka. Berikut ini tabel sejumlah perbedaan short term memory dengan long term memory (Woolfolk, 1995).
Tabel
4.2
Perbedaan short term memory dan long term memory
Tipe memory
|
Inpur
|
Kapasitas
|
Durasi
|
Isi
|
Memanggil
kembali
|
Short term
memory
|
Sangat
cepat
|
Terbatas
|
Sangat
singkat + 20-30 detik
|
Kata,
gambar, ide, kalimat
|
Segera
|
Long term
memory
|
Relatif
lambat
|
Tidak
terbatas
|
Tidak
terbatas
|
Kalimat,
skemata, produksi, episodik, gambar-gambar
|
Tergantung
penghadiran kembali dan organisasi
|
Para ahli kognitivisme membagi long term memory dalam tiga bagian, yaitu episodic memory, semantic memory, dan prosedural memory (Slavin, 1994). Episodic memory adalah
memori pengalaman personal manusia yang memuat sebuah gambar secara mental
tentang segala sesuatu yang manusia lihat atau dengar. Episodic memory berisi gambar-gambar pengalaman-pengalaman manusia
yang terorganisasi pada saat kapan dan dimana pengalaman-pengalaman tersebut
terjadi. Ketika seseorang ditanya tentang makan malamnya bersama seorang teman,
untuk menjawab pertanyaan ini, orang tersebut akan mengingat apa yang terjadi
saat dia melakukan makan malam bersama seorang temannya dengan membayangkan
saat ia makan malam bersama temannya itu. Pada saat mengingat tersebut,
sebenarnya individu tersebut sedang memanggil kembali informasi yang telah
disimpan episodic memory di dalam long term memory, dan akhirnya ia dapat
menjelaskan peristiwa makan malam. Informasi gambar yang disimpan dalam episodic memory sering kali sulit untuk
digali kembali, karena dalam hidup manusia terlalu banyak informasi yang harus
disimpan sehingga informasi yang lama tertutup oleh informasi yang baru.
Semantic memory, (deklaratif) memori
adalah memori yang berisi ide-ide atau konsep-konsep yang berkaitan dengan
skema atau skemata. Skema, menurut Piaget, adalah kerangka kerja kognitif individu
yang berguna untuk mengorganisasi persepsi dan pengalaman-pengalaman. Para ahli
teori mengelola kognitif (cognitive-processing)
juga menggunakan istilah skema dan skemata untuk menjelaskan jaringan kerja
konsep-konsep yang telah dimiliki oleh individu-individu dalam memori mereka
untuk memahami dan mengintegrasikan informasi-informasi yang baru (Slavin,
1994). Selain skema, memori-memori dalam semantic
memory juga disimpan sebagai proposisi-proposisi dan image.
Procedural memory adalah memori yang
berkaitan dengan sesuatu yang bersifat prosedural sehingga mampu untuk
menghadirkan kembali bagaimana segala sesuatu dikerjakan, khususnya yang
berkaitan dengan tugas-tugas yang bersifat spesifik (Slavin, 1994). Misalnya, pada
saat kita belajar menggunakan komputer, maka memori kita menyimpan informasi
cara menggunakan komputer sebagai ingatan prosedural (procedural memory). Bila suatu saat kita akan menggunakan komputer
tersebut, ingatan kita tentang prosedur menggunakan komputer akan digali atau
dipanggil untuk digunakan mengoperasikan komputer.
Gambar
4.2
Macam-Macam Pengetahuan
Penyimpanan
informasi dalam long term memory
Cara seseorang belajar atau menerima informasi, kemudian
memprosesnya, akan berpengaruh terhadap pemanggilan atau penggalian informasi
tersebut. Untuk memahami sebuah informasi, seseorang perlu mengintegrasikan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam memori. Pada saat inilah
elaborasi (elaboration), organisasi (organization), dan konteks (context) memainkan peran yang penting
(Woolfolk, 1995).
Elaborasi adalah penambahan makna baru terhadap informasi
baru dengan cara menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada atau yang sudah
dimiliki. Elaborasi ini digunakan untuk membangun sebuah pemahaman terhadap
informasi baru, atau mungkin proses untuk mengubah pengetahuan yang sudah
ada. Elaborasi pengetahuan ini sering
kali terjadi secara otomatis. Misalnya, sebuah tulisan tentang sejarah
kemerdekaan bangsa Indonesia cenderung akan mengaktifkan pengetahuan tentang
periode tersebut. Pengetahuan yang lama digunakan untuk memahami pengetahuan
yang baru. Biasanya sebuah informasi yang telah dielaborasi pada saat pertama
kali diterima atau dipelajari akan mempermudah untuk diingat kembali. Karena, pertama, elaborasi adalah sebuah bentuk
pengulangan, yaitu menjaga keaktifan kerja memori jangka panjang sehingga cukup
memungkinkan untuk penyimpanan secara permanen dalam long term memory. Kedua,
elaborasi dapat membangun lingkaran-lingkaran ekstra dengan pengetahuan yang
sudah ada. Lebih dari satu bit informasi atau pengetahuan akan dihubungkan
dengan bit-bit informasi atau pengetahuan yang lain. Para psikolog juga telah
menemukan bahwa elaborasi ini akan memudahkan seseorang untuk mengingat kembali
informasi atau pengetahuan yang sudah ada untuk memahami informasi yang baru.
Organisasi adalah elemen kedua dari proses belajar.
Informasi yang terorganisasi dengan baik akan lebih mudah dipelajari dan
diingat. Mempelajari sebuah konsep akan lebih mudah dan diingat bila disusun
dengan baik. Misalnya, mempelajari konsep tentang macam-macam pengetahuan akan
lebih mudah dipahami dan diingat bila disusun dengan sebuah tabel (seperti
tabel macam-macam pengetahuan).
Konteks (context) adalah elemen ketiga dari proses yang
memengaruhi belajar. Aspek-aspek fisik dan emosi (tempat, ruangan, emosi yang
dirasakan saat individu belajar) akan diproses dengan informasi yang dipelajari
saat itu. Oleh karena itu, sebuah informasi akan lebih mudah dipelajari atau
diingat bila konteks yang melatarbelakangi informasi tersebut sama dengan
konteks informasi yang sudah ada. Misalnya, siswa yang diajar dalam sebuah
ruangan performannya lebih baik saat mengerjakan tes pada ruangan yang sama
daripada siswa yang melakukan tes pada ruangan yang berbeda dengan saat dia
belajar.
Ingatan
Coon (Soekamto,
1997) menyatakan, ingatan adalah sebuah sistem aktif yang menyimpan, menerima,
dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima oleh seseorang. Ingatan
ini sangat selektif dan terdiri atas tiga tahap.
1.
Ingatan sensorik, yang menyimpan apa
yang dilihat dan didengar (ikon untuk stimulus yang berupa visual dan gema
untuk stimulus yang berupa audio). Penyimpanan informasi dalam ingatan sensorik
ini hanya sebentar, kurang lebih setengah detik. Selanjutnya, informasi yang
penting dikirim ke ingatan jangka pendek (short term memory), sedangkan yang
tidak penting akan dibuang atau dilupakan.
2.
Ingatan jangka pendek (short term
memory). Apa yang tersimpan di dalam ingatan sensorik kemudian diteruskan ke
ingatan jangka pendek setelah disaring terlebih dahulu. Seleksi ini tergantung
pada perhatian mahasiswa terhadap stimulus yang datang. Di dalam ingatan jangka
pendek informasi/stimuli disimpan dalam bentuk suara. Ingatan jangka pendek ini
merupakan gudang sementara untuk informasi yang baru masuk, dan hanya mempunyai
kapasitas yang sangat terbatas. Kemampuan yang terbatas ini akan menghambat
proses belajar sesuatu yang baru, yang disebut dengan rentangan ingatan (memory
span). Rentangan ini diukur dari jumlah butir yang diingat kembali setelah
informasi itu diterima. Umumnya manusia hanya dapat mengingat butir yang lebih
banyak. Agar informasi yang ditampung dalam ingatan jangka pendek lebih banyak,
diperlukan pengelompokan dan penyatuan informasi (chunking), di samping
pengulangan-pengulangan (rehearsal).
3.
Ingatan jangka panjang (long term
memory). Ingatan ini bersifat permanen dan terdiri dari informasi-informasi
penting yang diteruskan dalam ingatan jangka pendek. Informasi ini terlebih
dahulu dibandingkan dengan informasi yang sudah ada dalam ingatan jangka
panjang. Apabila informasi baru tersebut sama dengan informasi yang ada, maka
informasi yang berbeda sama dengan informasi yang sudah ada, maka informasi
baru itu akan memudahkan penyimpanan. Informasi yang berada di dalam ingatan
jangka akan disimpan dalam waktu yang tidak terbatas.
Informasi
yang telah disimpan dalam ingatan jangka panjang akan dicari lagi pada saat
informasi tersebut akan digunakan. Pencarian itu sendiri terkadang secara sadar
seperti pada saat seseorang melihat seorang temannya, maka orang tersebut akan
memunculkan dan mencari nama temannya tersebut dalan ingatannya. Pencarian informasi
juga terkadang bisa secara otomatis, seperti ingat ketika seseorang memutar
nomor telpon yang sudah diingat sebelumnya.
Ukurang
jaringan memori yang dimiliki oleh manusia sangat besar, tetapi hanya sedikit
saja yang diaktifkan. Hanya informasi yang ada dan sedang dipikirkan yang
dikerjakan oleh ingatan atau memori. Informasi yang diperoleh dalam jaringan
kerja ini melalui spread of Aktivation, yaitu pencarian kembali informasi
berdasarkan keterkaitanya dengan informasi-informasi yang lain.
A.
MODEL
TINGKATAN-TINGKATAN MENGELOLA INFORMASI (LEVELS
OF INFORMATION PROCESSING MODELS)
Tidak
semua para ahli psikologi yang memercayai bahwa memori manusia dapat secara
tuntas dijelaskan oleh model tiga penyimpanan (sensorik memory, short term memory, long term memory). Craik dan Lockhart (Woofolk, 1994) mengenalkan
teori tingkatan-tingkatan mengelola emosi (levels
of processing theory) sebagai alternatif untuk model tiga penyimpanan
(three stored models). Mereka menanyakan apakah yang menentukan dan bagaimanakah
informasi yang panjang dapat diingat dan bukan di mana informasi tersebut
disimpan, tetapi bagaimana informasi secara tuntas dianalisis dan dihubungkan
dengan informasi yang lain. Lebih lengkap atau tuntas sebuah informasi
diproses, akan lebih baik kita mengenal dan mengingat informasi tersebut.
Misalnya, jika seseorang diminta untuk mengamati sebuah gambar anjing
berdasarkan warnanya, kemungkinan orang tersebut tidak mengingat gambar
tersebut kemudian. Tetapi jika orang tersebut diminta untuk membandingkan
setiap anjing dan bagaimana anjing-anjing tersebut mengejar dan menggigit orang
tersebut, kemungkinan orang tersebut akan lebih mengingat daripada hanya
mengamati sebuah gambar. Untuk membandingkan anjing-anjing orang tersebut harus
memerhatikan secara detail sebuah gambar anjing dan menghubungkannya dengan
pengalaman atau gambaran-gambaran tentang karakteristik-karakteristik yang
diasosiasikan dengan bahaya, dan lain sebagainya. Prosedur pembandingan
membutuhkan lebih dalam pemrosesan dan lebih memfokuskan pada makna
gambar-gambar dalam foto-foto tersebut.
Craik
(Wooflok, 1994) menyatakan, three-store
model dan levels of processing theory
tidak dapat saling dipertukarkan atau diganti, karena ada perbedaan struktural
komponen-komponen atau persamaan tahap-tahap memori untuk sensori, short term memory, dan pembedaan long term memory, seperti
strategi-strategi yang berbeda atau tingkatan-tingkatan memproses yang
“mendorong” informasi dari satu tahap ke tahap berikutnya. Walaupun para
peneliti telah berpaling dari pendekatan levels
of processing, Schwartz dan Reisberg (Woolflok, 1994) berargumen bahwa ada sebuah
pemahaman yang penting dan benar pada inti dari pandangan levels of processing. “menemukan hubungan-hubungan yang bermakna
antara apa yang kita ketahui dengan apa yang kita pelajari adalah sangat
penting sekali”. Berpikir tentang apa yang kita pelajari secara dangkal tidak
akan dapat meningkatkan belajar.
B. CONNECTIONISME : ALTERNATIF LAIN UNTUK THREE-STORE MODEL
Teori
lain yang menjelaskan bagaimana kerja memori adalah model connectionisme. Model ini mengasumsikan bahwa semua ilmu
pengetahuan di simpan dalam bentuk-bentuk hubungan antara unit-unit dasar processing dalam sebuah tempat
jaringan-jaringan kerja dalam otak. Pemrosesan informasi diasumsikan dilakukan
oleh jaringan-jaringan kerja ini. Dengan demikian, model koneksionis ini
menggunakan jaringan fisik otak dari neuron-neuron sebagai sebuah metafor bagi
jaringan memori. Di antara model-model koneksionis adalah paralevel distributed processing (PDP) tetap pada tingkat
metaforikal dan mencoba menjelaskan memori dengan cara yang konsisten dengan
perilaku manusia. Teori-teori yang didasarkan pada otak memfokuskan secara
langsung dengan bagaimana sistem nervous mengoperasikan dan tidak pada
munculnya jaringan fisik dari sistem nervous.
Dalam model koneksionis
ini, bagian-bagian yang membangun kotak-kotak memori adalah subsimbolik, yaitu
sesuatu yang lebih dasar dari unit simbol-simbol yang memiliki makna seperti
proposisi dan skema
Langganan:
Postingan (Atom)